-->

Entri yang Diunggulkan

NILAI MATEMATIKA YANG MASIH KURANG KELAS 8A DAN 8B

  Perhatikan nama-nama berikut.  Nama-nama di atas BELUM mencapai nilai yang memuaskan berdasarkan perhitungan nilai Tugas, STS dan SAS . Si...

SERBUK MEMORI Part 2


“Tunggu!!” untuk pertama kalinya Aku bersuara dalam ruangan ini. Mataku melihat anak laki-laki itu berhenti di depan pintu kamar. Tangan kanannya sudah memegang gagang pintu, namun Ia tidak segera membalikkan badannya. Mendengar, namun bertingkah tidak perduli. Aku mengepalkan tangan dengan erat menyadari fakta itu.

“Bisakah Kau berbalik?” pintaku pada anak laki-laki itu. Mataku tidak pernah lepas mengamati sebuah punggung kecil yang sangat familiar untukku. Seolah pernah melihat, namun entah milik siapa.

“Siapa Kau?” Aku kembali bertanya, ketika tahu jika anak laki-laki itu enggan bersuara.

“Akan Aku panggilkan Bibi” kata anak laki-laki itu dan mengabaikan pertannyaanku. Segera Ia membuka pintu kamar dan bergegas keluar. Wajahku menjadi pias saat memandang pintu kamar yang terbuka tanpa ada sosok anak laki-laki itu di sana. Kosong. Ia telah menghilang dibalik tembok beserta dengan deru langkahnya. Seketika kamar ini menjadi sunyi. Aku alihkan pandangan kepada sosok lain di dalam kamar ini. Memandang Ia yang masih bergelung dibalik selimut.

“Kau beruntung” Aku bergumam pada anak perempuan yang sedang bergelung dibalik selimut. Menyingkap selimut biru yang Ia gunakan, kemudian merebah disampingnya. Ikut berbaring di ranjang yang sama. Mataku mengamati langit-langit kamar yang di tempeli aksesoris bintang-bintang. Warna-warni yang berpender mengkilap menyilaukan pandanganku. Tangan kananku dengan sigap menghalangi kerlip itu dengan menempatkannnya beberapa centi di atas mata. Namun yang apa yang Aku lihat mengejutkanku. Lengan panjang seragam sekolah yang basah menarik minat sang mata. Lembab dingin itu menempel erat di atas kulit pucatku. Memadamkan bara api yang keluar dari sekujur tubuhku. Demam yang tiba-tiba datang atau yang sengaja Aku abaikan.

“Aku sakit” kataku sambil merubah posisi menjadi menyamping. Berbaring miring seperti yang dilakukan anak perempuan.  Mengamati punggung kecil di depanku yang bergerak kasar ketika Ia mengambil nafas.

“Kita sakit” kataku lagi padanya.

“Ibu…Hiks.. Anna Sakit…Hiks.” Anak perempuan itu mengaku sambil terisak. Aku terpaku dengan apa yang Ia katakan. Mengamati punggung kecil itu yang sekarang bergetar kemudian merengkuh tubuh itu dalam dekapanku. Merasakan bara tubuhnya menyentuh bara tubuhku. Panas yang menyiksa Kami.

“Kita sakit” ulangku lagi “Namun Kau lebih beruntung. Ada Ibu yang menjagamu. Akan ada anak laki-laki itu yang  menjagamu. Namun tidak denganku…” kataku terasa tersangkut dalam tenggorokan.  Seketika kedua mataku memanas tanpa diminta. Memburamkan apa yang Aku lihat. Namun kenyataan yang coba Aku tutupi mencegah diriku untuk menangis.

“…Sekarang Aku hanya sendiri…” entah apa yang merasukiku. Namun apa yang Aku bendung dengan sekuat tenaga perlahan mengalir di kedua pipi. Melintas dengan meninggalkan jejak sebelum menghilang terserap kain biru.

“…Sakit sendiri” kueratkan pelukanku pada anak perempuan itu. Tidak peduli bahwa Ia akan mengerang sakit. Yang Aku pedulikan hanya rasa sakit yang perlahan muncul di balik seragam yang Aku gunakan. Denyut perih yang meminta perhatian. Dan sebelum warna gelap mengambil alih pandangan, derap langkah kaki yang menuju kearah Kami adalah hal terakhir yang Aku dengar.


Sumber Gambar: https://pin.it/4smdlwemdnd7el

0 Response to "SERBUK MEMORI Part 2"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel